navbar menu

3 Maret 2012

Tuhan Sudah Miskin

Jangan dibantah dulu kecuali anda punya argumen yang lebih berani dan Jangan capek-capek memikirkan landasan teologis asumsi ini, juga tidak usah  jauh-jauh melanglangbuana ke seluruh penjuru bumi mencari bukti bahwa Tuhan Sudah Miskin. dalam dunia parodi, semuanya bisa terjadi, semuanya bisa dibalik, dan orang yang intellectually “ompong” alias tak bergigi secara intelektual, tentu tak akan terima kenyataan bahwa Tuhan Sudah Miskin.

Lihat realita di Indonesia saja; adakah satu senti saja tanah disini yang masih dimiliki Allah? Adakah satu senti saja perairan atau hutan yang tidak dimiliki manusia? Adakah dari semuanya itu yang disertifikati dan dihak-miliki tidak oleh negara atau manusia?
Semuanya disini; tanah, hutan, udara, gunung, laut, adalah milik Pemerintah Republik Indonesia. atau jangan jauh-jauh, sepetak tanah kecil di samping rumah sampeyan ini saja pasti dimiliki oleh seseorang, bukan dimiliki oleh Allah. Konsekuensinya, ketika Anda bermaksud hendak memanfaatkan atau mengambil sesuatu dari tanah itu, maka akan terjadi satu perubahan pemahaman kata. Anda tidak lagi “memanfaatkan” atau “mengambil”, tapi mencuri. Mencuri atau tidak mencuri adalah pemahaman dalam hubungan manusia dengan manusia, tak pernah ada istilah mencuri dalam pemahaman hubungan manusia dengan Tuhan, soalnya manusia takkan sanggup mencuri apapun milik Tuhan, jadi oleh Tuhan diijinkan saja manusia mengambilnya, menumpuknya, dan akhirnya mengakuisisinya.

Tuhan menggratiskan kehidupan bagi kita semua. Tak satu rupiahpun yang Ia minta sebagai royalti atas penciptaan-Nya. Beliau juga nggak minat untuk mematenkan segala ciptaan-Nya, mengarang-ngarang copyright, HAK cipta atau HAK Intelektual Allah. Kita mau menguras habis isi lautan, menebangi puluhan hektar hutan, atau mau memakan seluruh buah-buahan di hutan dan ladang, Allah nggak akan protes.
Tapi kenyataannya hidup itu costly, hidup itu bayar, hidup itu butuh biaya. Perubahan kenyataan hidup ini, dari gratis menjadi serba bayar sebenarnya mengandung kenyataan lain yang jauh lebih mengerikan bahwa manusia telah mendistorsi, mengkorupsi, mengkapitalisasi segala apa yang sebenarnya diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan.
Nyaris semua yang aslinya adalah milik Tuhan telah diakusisi, diganti kepemilikannya secara sepihak. Dunia semakin dikavling-kavling dan dipetak-petakkan menjadi sebuah tempat yang tak lagi ramah, yang mengharuskan tiap makhluk hidup yang tinggal disana bekerja sangat keras sambil menyikut satu sama lain hanya untuk memperoleh “kehidupan” dasar yang sebenarnya gratis ini, sehingga hidup sudah kehilangan makna lantaran keburu habis untuk mencari “kehidupan” itu sendiri. Allah itu pemegang 100% saham kehidupan, tapi malah dicampakkan dan tak dianggap oleh ciptaan-Nya sendiri. Tak ada lagi “milik Allah!”, yang ada hanya “milikku, milikmu, milik kalian, milik kita!”
Tapi, Tuhan ya tetap saja Tuhan. Beliau nggak pernah protes, tetap stay cool dan nyantai walau sudah dimiskinkan oleh manusia. Terlepas dari segala akuisisi dan kapitalisasi itu, barangkali Tuhan ingin disamakan nasib-Nya dengan sebagian besar rakyat jelata yang hidupnya juga dimiskinkan oleh penguasanya.
Tuhan sepertinya lebih suka menggabungkan diri-Nya dengan beribu-ribu tangan-tangan kecil yang didzolimi oleh tangan-tangan besar yang mengakuisisi segala apa yang ada di bumi ini. Manunggaling kawula lan Gusti, Tuhan duduk dan bercengkrama bersama dengan petani dan nelayan miskin, pemulung, buruh, kuli bangunan, pelacur, perampok, gelandangan…

Salam.
Sumber asli nya di http://parodirakyat.wordpress.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...