navbar menu

28 Januari 2012

Abu Nawas Merayu Tuhan

Siapa yang tidak kenal Abu Nawas ?, sufi jenaka, cerdik dan kocak, penyair multivisi, penuh canda, si pahit lidah, penghayal ulung bahkan pemabuk semua cerita  yang terangkum di kehidupannya. dalam kisah Abu Nawas Merayu Tuhan  banyak hikmah yang bisa kita ambil andai kita jeli menemukan  makna yang tersirat
Abu nawas merayu Tuhan hanya salah satu kisah tentang kecerdikan abu nawas  yang mungkin doa nya sering kita baca . dan masih banyak lagi cerita lucu abu nawas yang sudah diterbitkan dalam berbagai bahasa. kisah abu nawas  ini pun diambil dari berbagai sumber

"Konon, sebelum mati abu nawas  minta dikafani dengan kain bekas,
dan ketika malaikat datang kekuburnya abu nawas menolak dan Protes
"Tuhan, dua malaikat itu tidak melihat kain kafan saya yang sudah lapuk dan compang-camping , artinya saya ini  orang lama,  masa ditanya lagi"

mau tau cerita lengkap nya nya, klik aja di bawah ...!

Abu Nawas Merayu Tuhan:

1.Abu Nawas Merayu Tuhan

Suatu hari abu nawas kedatangan tiga orang tamu yang hendak mengajukan pertanyaan kepada nya.
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” ujar orang yang pertama.“Orang yang mengerjakan dosa kecil,” jawab Abu Nawas.Mengapa begitu,” kata orang pertama mengejar.
Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah,” ujar Abu Nawas. Orang pertama itupun manggut-manggut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.

Giliran orang kedua maju. Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sama, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.“Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan keduanya,” ujar Abu Nawas.
“Mengapa demikian?” tanya orang kedua lagi“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu pengampunan Allah sudah tidak diperlukan lagi,” ujar Abu Nawas santai. Orang kedua itupun manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas dalam hatinya.

Orang ketiga pun maju, pertanyaannya pun juga seratus persen sama. “Manakah yang lebin utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama,” ujar Abu Nawas.
“Mengapa bisa begitu?” tanya orang ketiga itu lagi.“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besarnya dosa hamba-Nya,” ujar Abu Nawas kalem. Orang ketiga itupun merasa puas atas jawaban tersebut. Ketiga orang itupun lalu pamit untuk pulang.

Si murid yang suka bertanya kontan berujar mendengar kejadian itu. “Mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan tiga jawaban yang berbeda,” katanya tidak mengerti.Abu Nawas tersenyum. “Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” jawab Abu Nawas.

“Apakah tingkatan mata itu?” tanya si murid.
“Seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang tampak dimatanya,” jawab Abu Nawas memberi perumpamaan.Lalu apakah tingkatan otak itu?” tanya si murid lagi.“Orang pandai yang melihat bintang di langit, ia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan,” jawab Abu Nawas.“Dan apakah tingkatan hati itu?” Tanya si murid lagi.“Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit, ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil sekalipun ia tahu yang sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum.Si murid pun mafhum. Ia lalu mengerti mengapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda.“Wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?” tanyanya.“Mungkin,” jawab Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu.“Bagaimana caranya?” tanya si murid lagi.“Manusia bisa menipu Tuhan dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa,“Kalau begitu, ajarilah aku doa itu, wahai guru,” ujar si murid antusias.“Doa itu adalah, “Ialahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi.” (Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku juga tidak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.

Jika dosa ku semakin membesar
sunggguh aku tau ampunan-Mu jauh lebih besar
jika hanya orang-orang baik yang berseru pada-Mu
lantas kepada siapa pendosa harus mengadu

Sampai akhir hidupnya pun abu nawas tak pernah lepas dari lelucon
Konon, sebelum mati ia minta dikafani dengan kain bekas,
dan ketika malaikat datang kekuburnya abu nawas menolak dan Protes
"Tuhan, dua malaikat itu tidak melihat kain kafan saya yang sudah lapuk dan compang-camping ini, ini artinya saya orang lama masa ditanya lagi"
ahkhirnya malaikat itu pun pergi,

hingga ahirnya semua dibangkitkan untuk menerima balasan amal perbuatan nya didunia
cuma abu nawas yang ditinggal
ia pun protes lagi
Tentu saja itu juga hanya lelucon Abu Nawas

2 komentar:

  1. Allah maha pengampun, bila semua manusia tak berdosa maka, bagaimana Ia dapat membuktikan pengampunan-Nya

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...